Home » » Budidaya Ayam Pelung

Budidaya Ayam Pelung

Kamis, 21 Maret 2013 | 0 komentar


BUDIDAYA AYAM PELUNG
Budidaya ayam pelung
memiliki keuntungan
yang tidak terbatas.
Perawatan tidak
membutuhkan
penanganan khusus,
yang harus diutamakan
adalah bibit unggulan.
Dengan bibit unggulan,
hasil anakan akan
memiliki nilai jual tinggi.
ayam1Rumah di Jalan
Raya Dramaga ini terlihat
asri dengan rimbunnya pepohonan di halaman depan rumah. Saat memasuki
halaman rumah, suara-suara ayam yang merdu menyambut kedatangan kami.
Ayam-ayam besar, tinggi, dengan warna-warni yang indah berlarian di depan
rumah. Mereka tampak jinak dan biasa dengan kehadiran manusia. Rumah ini
sudah sejak lama menjadi tempat budidaya ayam pelung. Pemiliknya, Oni
Triyono sangat ramah menyambut kedatangan tim Majalah Bangkit Tani.
“Saya sudah membudidayakan ayam pelung sejak tahun 1994,” terang Oni
memulai pembicaraan. Menurut Oni, aktivitasnya ini di mulai dari
ketidaksengajaan. “Waktu itu saya iseng main ke daerah Cimacan, Cianjur. Ia
mengutarakan bahwa ia ingin memulai budidaya ayam. Saudaranya berkata, bila
ingin membudidayakan ayam cobalah untuk membudidayakan ayam pelung.
Banyak yang bisa diambil dari ayam pelung misal budidayanya sama, namun
memiliki nilai ekonomis yang lebih menguntungkan.ayam3
Ayam pelung merupakan plasma nutfah dari Cianjur.
“Ayam ini asli berasal dari daerah Cianjur.” Ayam ini memiliki kekhasan genetika.
Sifat-sifat genetik ini di antaranya suaranya kokokan ayam jantan memiliki suara
yang panjang mengalun dan terdengar merdu. Pertumbuhan ayam ini sangat
cepat. Bobot ayam pelung di atas rata-rata ayam biasanya. Ayam pelung
memiliki berat antara 5 – 8 kilogram dan memiliki tinggi 40 – 50 cm. Cakar ayam
pelung panjang dan besar, berwarna hitam, hijau, kuning atau putih. Ayam ini
memiliki pial besar, bulat, dan memerah. Jengger ayam besar, tebal, tegak,
berwarna merah darah, dan berbentuk tunggal. Warna bulu memiliki pola khas,
umumnya campuran merah dan hitam, kuning dan putih, atau campuran hijau
mengkilat.
“Kehadiran ayam ini tidak bisa dilepaskan dari cerita yang terus diyakini sebagai
awal dikenalnya ayam pelung.” Di tahun 1850-an, hidup seorang petani bernama
Haji Djarkasih atau akrab disapa Mama Acih. Ia merupakan ulama terkenal di
Desa Bunikasih Kecamatan Warung Kondang Cianjur. Suatu waktu ia menemukan
seekor ayam trundul (gundul) jantan di kebunnya. Anak ayam ini
kemudian dikukut (dipelihara) oleh Mama Acih. ayam4Pertumbuhan anak ayam
tersebut sangatlah pesat. Selang beberapa bulan, ayam ini sudah menjadi seekor
ayam jago yang bertubuh besar, tinggi, serta memiliki kokokan yang mengalun,
merdu, dan lama. Mama Acih kemudian mengawinkannya dengan ayam betina
biasa dan beranak pinak, ayam jago ini memiliki anakan yang bersifat genetik
dengannya. Mama Acih kemudian menamakan ayam ini sebagai ayam pelung.
Nama ayam pelung berasal dari bahasa sunda mawelung atau melung yang
artinya melengkung, karena dalam berkokok menghasilkan bunyi melengkung.
Nama pelung juga karena ayam ini memiliki leher yang panjang dalam
mengakhiri suara/kokokannya dengan posisi melengkung.
“Ayam ini, sekarang sudah dikenal bukan hanya di Cianjur. Ayam pelung sudah
menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia dan bahkan hingga ke mancanegara.
Ayam ini menjadi ayam kelas atas kesayangan para bangsawan dan pehobi
binatang peliharaan.” Bahkan, Oni bercerita, suatu waktu ada seorang Putra
Kaisar Jepang pernah berkunjung ayam5ke Warung Kondang untuk melihat
peternakan ayam pelung tersebut. Ia menyempatkan membeli ayam pelung dan
dibawa ke Jepang. Bahkan di Cianjur setiap tahun diselenggarakan kontes ayam
pelung yang diikuti pemilik dan pemelihara ayam pelung se-Jawa Barat dan DKI
Jakarta. Ayam pelung terbaik yang menjadi juara kontes bisa mencapai harga
jutaan rupiah.
“Budidaya Ayam pelung umumnya sama dengan budidaya ayam kampung.”
Menurut Oni, ayam pelung memiliki kebiasaan seperti layaknya ayam kampung.
Yang harus diperhatikan jika ingin membudidayakannya adalah bibit. Oni
meyakini, kualitas ayam pelung tergantung dari bibit. Bila bibit bagus atau bibit
dari ayam jago yang selalu menang kontes, maka anaknya pun akan memiliki
sifat yang sama seperti indukannya. “Untuk perawatan sama saja dengan
budidaya ayam biasa. Yang membedakan adalah pemberian buah-buahan
seperti pisang siem atau pisang batu untuk merangsang suara ayam. Selain itu,
ayam perlu dijemur sekitar 10 – 25 menit setiap hari.
Pangsa pasar ayam pelung sudah memiliki pasar tersendiri. Pasar untuk ayam
pelung umunya adalah pehobi ayam hias. Mereka melakukan pertemuan rutin
dalam sebuah kontes ayam pelung. Di sinilah peluang – peluang bisnis dan
jalinan jual – beli ayam pelung biasa dilakukan. Selain diadakan lomba tarik
suara dan lainnya juga merupakan arena bursa penjualan dari anak ayam sampai
ayam dewasa, dari usia 0 s/d 1 bulan (jodoan), usia 3 bulan (sangkal), usia 6 s/d
7 bulan (jajangkar), sampai k ayam pelung yang sudah jadi (siap kontes).
Dengan demikian lomba/kontes ayam pelung sekaligus merupakan bursa
penjualan, promosi dan sosialisasi khusus ayam pelung. Melalui bursa semacam
ini para pembeli, penjual dan penggemar merasa puas karena pada umumnya
mendapatkan bibit-bibit maupun induk yang berkualitas dan tambahan
pengetahuan tentang segala hal mengenai ayam pelung yang cukup memuaskan
dari sesama peternak dan penggemar. “Harga jual ayam ketergantungan
terhadap kualitas ayam. Bila ayam pelung jantan adalah ayam juara, harga
jualnya bisa jutaan rupiah.” Untuk ayam yang tidak memiliki kualitas yang bagus
umumnya hanya dijadikan sebagai ayam pedaging saja. (Iwa)
Analisa Usaha Ayam Pelung
Modal yang dibutuhkan di budidaya ayam pelung umumnya tidak terlalu besar.
Pengeluaran tertinggi adalah di pembelian bibit.
Investasi kandang Rp 2.000.000
Pembelian bibit jantan
Rp 1.000.000
Pembelian bibit betina
Rp 250.000
Biaya pakan dalam satu tahun
Rp 2.500.000
Pengeluaran lain-lain Rp 500.000
Total Rp 6.250.000
Pendapatan
Dari satu indukan jantan dan betina bisa bertelur sebanyak 10 – 15 butir telur
dalam 2 bulan dengan penetasan sekitar 80%. Harga anak ayam memiliki
kelipatan per bulan.
12 ekor anak ayam umur
3 bulan x Rp 200.000
= Rp 2.400.000
Dalam satu tahun ayam pelung
mampu 6 kali bertelur.
Rp 2.400.000 x 6 =
Rp 14.400.000
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : | |
Copyright © 2011. ayampelung -
Template Modify by
Proudly powered by