1. Menjaga lingkungan supaya bersih dari kotoran-kotoran dan sampah
karena sepasang lalat dalam
waktu tiga sampai lima bulan bisa
menghasilkan triliunan lala-lalat baru.
2. Peternakan ayam oleh penduduk yang dipelihara secara liar supaya dikandangkan sehingga bila terjadi wabah flu burung bisa diatasi.
3. Yang dipantau hanya peternakan rakyat dan harus diawasi dan diamati secara ketat. Karena, biasanya kalau pada peternakan rakyat ada ayam satu mati dibiarkan saja dan ini yang bisa menyebarkan virus menyebar. Kalau peternak yang sudah besar biasanya pengelolaannya sudah bagus dan bersih.
4. Melakukan stamping out, yaitu bila ada ayam yang mati langsung dikubur tertutup dan diberi desinfektan.
5. Dilakukan perubahan manajemen menjadi close house yaitu dibuat kandang tertutup.
6. Penyuluhan secara berkelanjutan yang didukung dengan kesadaran masyarakat sehingga mereka bisa melakukan apa yang harus dilakukan bila ada kasus flu burung termasuk juga selalu menjaga kesehatan lingkungan untuk mencegah terjadinya wabah Avian. Hal itu dilakukan mulai dari lingkungan RT, RW, kelurahan, kecamatan, kotamadya/kabupaten sampai provinsi. Untuk hewan unggas lainnya yang terbuka harus selalu diamati bila ada gejala klinis.
7. Tidak perlu dilakukan vaksinasi secara massal. Karena, tipe dan subtipe virus AI itu banyak sekali. Penelitian yang dilakukan oleh FKH UGM terhadap ayam-ayam yang mati dan sakit dan diisolat pada tahun 2003 ada sembilan isolat. Jadi, bila vaksinnya berasal dari H5N1 sedangkan tipe virus influenzanya bukan H5N1, antibodinya tidak bisa mengenali, sehingga percuma. Saat ini di seluruh dunia sudah ada 85 isolat virus flu burung.
8. Selain itu masyarakat juga diimbau agar menghindari kontak dengan unggas sakit, selalu membiasakan cuci tangan pakai sabun, senantiasa menjaga kesehatan dan segera berobat saat tubuh mulai menunjukkan gejala tanda sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar